05 December 2025
Profesi penyelia halal menjadi salah satu posisi penting dalam menjamin produk halal beredar dengan aman, tepat, dan sesuai regulasi. Perannya tidak hanya memastikan produk halal dari hulu ke hilir, tetapi juga mengawasi implementasi Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) di perusahaan, UMK, restoran, rumah potong hewan, hingga dapur layanan publik.
Namun, di lapangan penyelia halal tidak selalu menghadapi kondisi ideal. Ada berbagai kendala teknis, administratif, hingga tantangan edukasi yang membutuhkan kemampuan analisis, komunikasi, dan problem-solving yang kuat.
Dalam artikel ini, kita membahas tantangan penyelia halal yang paling sering terjadi dan cara praktis untuk mengatasinya.
1. Bahan Baku Tidak Sesuai atau Tidak Memiliki Kejelasan Halal
Ini adalah tantangan paling umum. Banyak pelaku usaha masih menggunakan bahan tanpa informasi kehalalan yang jelas, misalnya:
Penyelia halal harus mampu mengidentifikasi risiko ini sejak awal agar tidak menghambat proses sertifikasi halal.
Cara Mengatasinya:
Dengan sistem bahan yang rapi, risiko ketidaksesuaian bisa ditekan jauh lebih rendah.
2. Prosedur Produksi Tidak Dipatuhi Secara Konsisten
SJPH bukan hanya tentang dokumen—yang terpenting adalah implementasi di lapangan. Banyak usaha menghadapi masalah berupa:
Penyelia halal harus memastikan seluruh aktivitas sesuai regulasi.
Cara Mengatasinya:
Kepatuhan hanya bisa tercapai jika prosesnya sederhana, dipahami semua orang, dan diawasi secara konsisten.
3. Kurangnya Edukasi dan Awareness Karyawan
Sebagian karyawan menganggap bahwa halal hanya urusan label, padahal implementasi halal berkaitan dengan:
Minimnya pemahaman ini membuat penyelia halal harus bekerja ekstra.
Cara Mengatasinya:
Semakin karyawan paham, semakin mudah tugas penyelia halal di lapangan.
4. Dokumen SJPH Tidak Lengkap atau Tidak Terupdate
Banyak usaha hanya merapikan dokumen saat mau sertifikasi atau saat jadwal audit tiba. Padahal dokumentasi SJPH wajib:
Penyelia halal sering menghadapi situasi di mana dokumen bahan, laporan audit internal, atau catatan produksi tidak sesuai standar.
Cara Mengatasinya:
Dokumentasi yang rapi bukan hanya untuk audit—ini memastikan sistem halal berjalan secara konsisten.
5. Koordinasi Kurang Baik Antar Bagian
Di lapangan, penyelia halal sering kesulitan karena kurangnya komunikasi antara bagian:
Jika satu bagian tidak paham tanggung jawabnya, implementasi halal akan terhambat.
Cara Mengatasinya:
Koordinasi yang baik mempercepat penyelesaian masalah di lapangan.
6. Resistensi terhadap Perubahan
Saat usaha belum terbiasa dengan standar halal, perubahan proses sering dipandang sebagai tambahan pekerjaan. Penyelia halal sering menghadapi resistensi seperti:
Tantangan ini membutuhkan pendekatan komunikasi yang tepat.
Cara Mengatasinya:
Perubahan lebih mudah diterima jika karyawan merasa dilibatkan dan tidak sekadar diperintah.
7. Kesiapan Menghadapi Audit Internal dan Eksternal
Audit sering menjadi momok bagi pelaku usaha. Penyelia halal harus memastikan:
Ketidaksiapan ini sering membuat hasil audit kurang memuaskan.
Cara Mengatasinya:
Audit akan lebih lancar bila persiapan dilakukan jauh-jauh hari.
Menjadi penyelia halal bukan hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga memastikan seluruh proses halal berjalan dari awal hingga akhir. Tantangan seperti bahan tidak sesuai, SOP yang tidak dipatuhi, kurangnya edukasi karyawan, hingga kesiapan audit adalah hal yang wajar. Namun dengan pengetahuan, sistem yang baik, dan pendekatan komunikasi yang tepat, penyelia halal mampu mengatasi semuanya.
Peran ini sangat strategis dalam mendukung industri halal Indonesia yang terus berkembang.
Ingin memperkuat kompetensi sebagai penyelia halal atau menyiapkan tim halal di perusahaan?
🔹 Pelatihan Kompetensi Halal – Hasdemy
(Penyelia Halal, Auditor Halal, Juru Sembelih Halal)
IG: @hasdemy.id
WA: +62 852-1756-9415
🔹 Sertifikasi BNSP – LSP HKI
(Penyelia Halal, Auditor Halal, Juleha)
IG: @lsp.hki
WA: +62 852-1756-9377
Copyright @ 2025 By Halal Syariah Integrasi